
Kunjungan kali ini terkesan luar biasa, karna Dirut bahkan jajaran Komisaris Bright PLN Batam yang terjun langsung menyapa masyarakat tutur dadan tokoh masyarakat Pulau Amat Belanda.
Dalam sambutannya Budi Pangestu selaku Direktur Utama Bright PLN Batam menuturkan, bahwa dalam upaya menangani dampak ekonomi masyarakat akibat musibah pandemi Covid-19, Bright PLN Batam bergandengtangan bersama DPD Posko Perjuangan Rakyat (POSPERA) Provinsi Kepulauan Riau bertekad membantu memperbaiki sendi ekonomi masyarakat yang berada di Pulau Amat Belanda, Belakang Padang dengan memanfaatkan potensi laut serta lingkungan sekitarnya.
Bright PLN berharap sumber ekonomi alternatif yang diciptakan melalui pemanfaatan rumput laut alam bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh seluruh masyarakat. Untuk menyukseskan program ini, Bright PLN Batam telah memberikan telah memberikan bantuan sebanyak 100 unit kerambah jaring apung dan 3.7 ton bibit rumput laut cottoni yang diberikan pada bulan April 2020 lalu.
Komisaris Bright PLN Batam, Vicky Arya Muda, yang juga turut hadir dalam kunjungan tersebut mengatakan, bantuan ini merupakan bentuk komitmen Bright PLN Batam untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat selama musim pandemi Covid-19, sumber ekonomi alternatif bagi rakyat harus kita ciptakan agar rakyat berpijak dalam kemandirian, bantuan-bantuan CSR akan tepat digunakan untuk membangkitkan produktifitas ekonomi terutama saat pandemi.
“Rumput laut merupakan satu dari sekian banyak potensi laut yang dimiliki oleh Provinsi Kepulauan Riau yang 90% wilayahnya terdiri dari lautan. Kami siap bersinergi dengan POSPERA dalam memanfaatkan potensi kelautan yang ada. Saya optimis, sektor ini bisa membantu meningkatkan pendapatan sehingga kesejahteraan masyarakat di wilayah kepulauan ikut terdongkrak,” jelas Vicky.
Vicky juga menjelaskan, dikarenakan faktor alam seperti badai dan hama rumput laut, serta kejahatan pembuangan limbah, tingkat keberhasilan budi daya rumput laut cottonii kurang maksimal di Pulau Amat Belanda namun sargassum alam akan lebih maksimal untuk mendongkrak ekonomi di pulau ini, sementara untuk jenis Cottonii sendiri lebih cocok di Kelurahan Pulau Terong, Pecong dan lainnya yang sirkulasi airnya masih terjaga.
“Untuk memaksimalkan kerambah jaring apung yang sudah tersedia serta melihat potensi alam, maka sesuai dengan kesepakatan komunitas nelayan dan POSPERA mengalihfungsikan 100 unit kerambah jaring apung, 50 unit dijadikan Rakit Apung sebagai alat untuk memaksimalkan pengambilan rumput laut dan 50 unit lagi dipergunakan untuk proses pengeringan rumput laut jenis sargassum (seaweed),” jelasnya.
Vicky menilai pemanfaatan jenis rumput laut sargassum ternyata sangat potensial dan cocok sebagai sumber ekonomi alternatif di Pulau Amat Belanda. Ditambah keberadaan rumput laut sargasum merupakan kekayaan alam yang melimpah di parairan Kepulauan Riau.
“Perubahan fokus jenis rumput laut tersebut terbilang sukses, sehingga saat ini hampir seluruh masyarakat di pulau Amat Belanda menjadikan kegiatan ini sebagai profesi utama untuk sandaran ekonomi mereka.” pungkasnya.
Sementara itu, Komisaris Indpenden Bright PLN Batam Rizal Calvary Marimbo mengatakan, bukan hanya bantuan bibit dan kerambah jaring apung saja yang diberikan oleh Bright PLN Batam.
Pada bulan September Bright PLN Batam kembali memberikan bantuan untuk penyewaan gudang agar mempunyai tempat penampungan sementara, agar hasil rumput laut masyarakat bisa ditampung sementara di pulau sebelum akhirnya dibawa ke Batam untuk dipersiapkan ekspor ke luar negeri sesuai dengan permintaan pasar.
“Terhitung hingga bulan November ini, total rumput laut sargassum yang sudah dipanen masyarakat Pulau Amat Belanda sebanyak 50 Ton/bulannya,” jelas Rizal.
Komunitas nelayan rumput laut ini menjadi pilot project Bright PLN Batam dan diharapkan dalam 3 tahun mendatang, selama dalam pendampingan Bright PLN Batam Masyarakat di pulau ini menjadi masyarakat yang mandiri dan menjadi contoh bagi masyarakat lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan.
“Bangunan ekonomi alternatif Masyarakat di Pulau ini bisa menjadi Role Model Pengelolaan Rumput Laut di Provinsi Kepulauan Riau, semoga menjadi berkah sumber ekonomi baru bagi Rakyat untuk bertahan di tengah gejolak pandemi covid 19, harapan saya ini bisa berimplikasi positif dimulai dari satu pulau melebar ke satu kecamatan melebar ke satu Kab/Kota bahkan satu provinsi nantinya,” tutup Rizal. (rilis)