
Bahkan dua perempuan bernama Lisa dan Linda terjatuh ke laut. Beruntung tidak ada korban jiwa. “Ambruk petang kemarin, padahal pelantar itu satu-satunya akses penghubung warga dari rumah ke pelabuhan pancung,” ujar Aldo warga setempat yang biasa mencari rengkam dan budidaya rumput laut, Selasa (19/1) kemarin.
Pelantar atau jembatan utama itu, diperkirakan dari tepi pulau sepanjang 100-150 meter, dan lokasi yang ambruk itu berada di tengah- tengah sepanjang 6 meter. Jadi warga yang bermukim di tepi tidak bisa berjalan ke ujung pelabuhan atau dermaga pancung.
“Begitu juga warga yang rumahnya di tengah laut tak bisa ke tepi pulau karena terputus aksesnya,” ujar Aldo lagi.
Untuk sementara ini, agar aktifitas warga pulau itu bisa berjalan, warga setempat menopangnya dengan kayu. “Kondisi darurat kita pasang kayu agar sementara waktu bisa untuk jalan oleh warga,” kata Ompay alias Rompi warga lainnya.
Warga berharap Pemerintah Kota Batam, memiliki kepedulian terhadap warga pulau, khususnya Pulau Amat Belanda, Kecamatan Belakangpadang, agar segera membangun jembatan pelantar yang permanen.
“Kita di pulau juga sama warga Batam, tolong perhatikan juga kehidupan warga di sini, tetutama akses pelantar ini,” pintanya. (Toti)