Pelemahan Rupiah Akibat dari Pilkada
BEBERAPA hari ini saya mengamati mulai terjadi PELEMAHAN RUPIAH akibat PEMILU KADA. Sebenarnya yang seperti begini sudah menjadi pola kebusukan lama penguasa. Seperti kita ketahui, sejak 1999, Indonesia menganut prinsip asas mengambang terkendali (floated controlled base) untuk mengganti prinsip fixed base dalam penetapan nilai tukar mata uang rupiah. Jadi nilai kurs rupiah bisa bergerak bebas mengikuti pengaruh faktor internal dan eskternal. Pihak otoritas moneter melalui Bank Indonesia diberikan kewenangan utk melakukan fungsi kontrol berupa intervensi di pasar uang utk mengendalikan pergerakan nilai rupiah thdp mata uang asing. .

Tetapi sebuah pertanyaan besar yg belum terjawab, mengapa rupiah dibiarkan mengambang di atas 14000 basis point per USD? Pertanyaan yang lebih menarik, apakah depresiasi rupiah sejak pertengahan tahun 2019 hinggaSejak awal perdagangan, rupiah mengalami tekanan. Mata uang garuda terdepresiasi 25 poin atau 0,17 persen ke level Rp14.705 per dolar AS pada pukul 09.56 WIB. Sementara itu, Kurs rupiah menyentuh level Rp14.777 perdolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, Rabu (12/8/20 poin per USD merupakan anomali pasar ataukah politik? Jika menengok aspek historis pergerakan kurs rupiah paska pemilu peristiwa pergerakan antara bulan Mei 2019 hingga Januari 2020 bisa dibilang sangat tidaklah lazim.

Bicara soal ekspektasi pasar, secara psikologis tidak mungkin sampai harus menembus di atas angka 14.775 basis poin dlm jangka waktu lebih dari 6 bulan. Pada rentang antara 2019 hingga 2020, nilai kurs rupiah pernah melemah hingga di atas 14.000 basis poin per USD. Tetapi fenomena nilai kurs rupiah tersebut dipicu oleh pembayaran utang dlm kurun waktu yg cukup panjang. Itu imbas dari tindak lanjut LoI( SULNI ) pinjaman dari Cina untuk masalah pelunasan kewajiban utang luar negeri Indonesia. Sekalipun nyaris mendekati angka 14.756 basis poin, tetapi hasilnya lgs mengalami rebound ke angka 14.000 basis poin per USD.

Oke singkat kata, teori saya menduga ada semacam upaya sistematis yg sengaja mendesain nilai kurs rupiah berada di atas angka 14.000 basis poin. Kecurigaan semakin menguat, karena nilai kurs rupiah nangkring cukup lama di posisi 13.000 basis point per USD. Faktor-faktor internal maupun eksternal kurang cukup meyakinkan menjadi pemicu, kecuali faktor power (kekuasaan). Untuk apa? UNTUK MENCUKUPI KEBUTUHAN AMBIL UNTUNG DARI SPEKULASI MATA UANG YANG NANTINYA BISA MENJADI MODAL UNTUK MEMBIAYAI PEMILU 2020Sejak September 2019, muncul rumor tentang beredarnya mata uang dolar Singapore di ibukota. Seperti diketahui, para koruptor atau pejabat korup ataupun politikus lebih senang menyimpan kekayaan (aset finansial) ke dalam mata uang dolar Singapore. Selain lebih stabil, nilai keuntungan pegang mata uang dolar Singapore jauh lebih tinggi, dan tingkat risikonya pun lebih rendah. Ini adalah kesepakatan semua pihak di PARTAI POLITIK agar mereka tdk mengusik kebijakan untuk melemahkan mata uang rupiah.. Ya, ini hanya dugaan saja, karena jika saya bisa mengendus, rasanya tdk mungkin parpol yang memiliki Sumber Daya Manusia jauh lebih bagus tidak mengendus pola pola kebusukan Seperti begini Cara yg relatif paling aman, ketimbang harus menggarong uang negara.
Salam Hormat… @ Dr Jaya Wardana (Dr. J) PEMERHATI KEBIJAKAN PUBLIK