
Sejak awal Indonesia merdeka, Indonesia berada dalam pertarungan politik luar negeri yang menuntut diplomasi Indonesia atas agenda Irian Barat di tengah-tengah pertarungan perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur.
Presiden Soekarno memiliki peran penting di dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri, terutama dalam merebut Irian Barat. Latar belakang perjalanan hidup sosok Soekarno tak bisa dilepaskan dari masa muda Soekarno yang membentuk ide-ide dan pola pikir kebangsaan, kenegaraan, dan nasionalisme, serta penafsiran Soekarno atas sejarah panjang Nusantara dan gerakan nasionalis di belahan negara lain. Hal itu akan tercermin dari percikan pemikirannya yang tersebar di berbagai tulisan dan pidato Soekarno.
Filosofi Pemikiran Nasionalisme Soekarno
Soekarno secara intens menuangkan gagasan-gagasan nasionalisme dalam berbagai media. Ia menulis artikel “Mentjapai Indonesia Merdeka” pada Maret 1933. Bung Karno menulis, “Pergerakan kita haruslah: suatu masjarakat jang adil dan sempurna, jang tidak ada tindasan dan hisapan, jang tidak ada kapitalisme dan imperialisme… sjarat jang pertama ialah: kita harus merdeka. Kita harus merdeka agar supaja kita bisa leluasa bertjantjut-tali-wanda menggugurkan stelsel kapitalisme dan imperialisme. Kita harus merdeka, agar supaja kita bisa leluasa mendirikan suatu masjarakat baru jang tiada kapitalisme dan imperialisme” (Soekarno, 1963; 285). Kata Bung Karno, Indonesia merdeka suatu jembatan.
Pandangan konsep Soekarno di awal Kemerdekaan sebenarnya menunjukkan sikap politik luar negeri yang moderat dan mengedepankan kerjasama dengan negara-negara lain.
Dalam pidato Kenegaraan Republik Indonesia pada 16 Agustus 1946 di Yogyakarta, Soekarno menegaskan:
“Di dalam politik pemerintah terhadap luar negeri, kita mendjalankan haluan jang tetap. Tetap mengemudikan kapal Negara Republik Indonesia di antara negara-negara jang lain, sehingga mendapat pengakuan serta kedudukan jang sama sama deradjat. Pembitjaraan jang kita lakukan dengan fihak Belanda adalah satu bahagian sadja jang dari usaha jang kita lakukan untuk mendapat kedudukan jang kita maksudkan itu…terhadap negeri-negeri lain, terutama negeri-negeri tetangga kita, kita menjelenggarakan persahabatan, dan segala soal jang timbul, dapat kita selesaikan dengan baik dalam suasana persahabatan. Pemerintah kita lebih lama lebih banjak diperlukan oleh negeri-negeri itu sebagai pemerintah bangsa Indonesia jang ada di dalam lingkungan Republik” (Soekarno, 1965; 13-14).
Soekarno melanjutkan pidatonya:
“Dunia akan menjaksikan, bahwa kita bukan bangsa jang serakah. Dunia akan menjaksikan, bahwa kita suka “memberi”. Tiap-tiap bangsa mempunjai “tjorak” sendiri, mempunyai “warna djiwa” sendiri, mempunyai “central theme” sendiri, mempunyai “raison d”etre” sendiri. Ada bangsa jang “tjoraknya” ialah senang kepada kemegahan politik. Ada bangsa jang “tjoraknya” ialah kebudayaan. Tetapi bukalah kitab sedjarah kita, dan lihatlah betapa “tjorak” bangsa kita: Kita ta’ pernah sekali lagi: ta’ pernah, di dalam sedjarah kita jang ribuan tahun itu mendjajah bangsa lain, tetapi sebaliknja, kita selalu membagikan kekajaan-kekajaan kita kepada bangsa lain. Tidakkah negeri ini dahulu sebagian dinamakan orang “Jawa-dwipa” oleh karena kita selalu memberikan gandum kepada kita kepada bangsa lain sebagian lagi dinamakan “Suvarna-dwipa” oleh karena kita selalu memberikan emas kita kepada bangsa lain?..,Alhamdulillah, inipun sebenarnja telah diketahui oleh banjak orang. Umumnja di dunia adalah banjak sahabat-sahabat kita, banjak orang jang membenarkan perdjoangan kita, tidak sadja oleh karena dipandangnja adil, akan tetapi djuga oleh karena jakin, bahwa jang kita kehendaki itu sebenarnja adalah memang paling baik djuga untuk pergaulan bangsa-bangsa di dunia, dengan bukti-bukti jang njata tentang kesanggupan-kesanggupan kita sebagai bangsa, sebagai pemerintah, sebagai Negara” (Soekarno, 1965; 15).
Bangsa Indonesia pada dasarnya mempunyai semangat kebersamaan yang tinggi. Dalam hal ini terlihat di karakter Pemimpin bangsa yang bernama Bung Karno DI kala itu Bangsa Indonesia termasuk bangsa yang di segani walaupun masih seusia jagung.. dikala itu Masih di zaman pemerintahan Bung Karno.
DENGAN GAGAH Berani bung Karno menyerukan , KITA REBUT IRIAN, GANYANG MALAYSIA, Hal ini menunjukkan adanya karakter utk menjadi bangsa yg kuat, sekalipun kita belum lama merdeka di masa itu. Contoh lain spt yg jadi jargonnya Obama, YES, WE CAN! Amerika yg terpuruk akibat krisis global dan krisis beruntun, Obama meyakinkan rakyatnya utk bangkit kembali menghadapi hari esok dgn optimisme. Walaupun saya belum lahir saya tetap membaca sejarah perjuangan bangsa ini dan ada banyak kata kata para pahlawan bangsa ini termasuk Haji Agus Salim yang memberikan pesan
kepada para generasi penerus bangsa. “Memimpin adalah tentang
bagaimana menderita, bukan menumpuk-numpuk “harta”.
Sebagaimana harta ini bisa menjadi suatu kebendaan, bisa pula
bukan kebendaan. Kalau berhasil tidak ada yang memujinya,
bahkan saya sangat meyakini banyak para generasi penerus bangsa tidak membaca sejarah nya . Akan. Tetapi para generasi zaman know ini selalu mencari kesalahan-kesalahannya dan dicari-cari, serta dihubung-hubungkan.Menurut saya sekarang jaman know.. ini justru sangat mampu memutarkan balikkan sejarah. Bahkan mereka para calon Pemimpin itu sesungguhnya mampu dan bersedia menderita.itulah menurut saya layak disebut Pemimpin.Yang terjadi saat ini . para calon pemimpin saat ini justru mencari-cari relawan untuk mendukungnya, sanggup mencari kelompok yang mau
.membela-belanya melampaui membela kepada tanah dan air… Begitu lah kisah para calon pemimpin yang akan berlaga di dalam konsetasi pilkada…Mari ini pesta rakyat jangan pada Baper ya calon Penerima mandat dari masyarakat daerah.PEMIMPIN YANG MERAKYAT ITU, bukan spt suka PHP Bukan spt pura2 makan di warteg. Bukan pula yg mesti turun kelapangan. Bukan spt itu, karena bisa dipastikan hanya drama (bohong2an). Hittler justru jarang sekali turrun kemasyarakat. Tetap di puja puji dengan masyarakat nya dikala itu..Mengapa bisa begitu..? Karena Hitler mempunyai team Propaganda yg sangat hebat..!! .Singkat kata menurut pendapat dari beberapa pengamat lain seorang Pemimpin yg merakyat itu tahu dan memahami kesusahan rakyatnya. Tahu dan memahami masalah rakyatnya. Sadar diri kalau keputusan politiknya tidak akan menyusahkan rakyatnya. Yg semacamnya ini tidaklah perlu seorang Rodrigo Duterte berkomentar. Karena berkali-kali diingatkan tidak didengar, tetap bandel, maka Presiden Duterte turun bicara sendiri. Karena seorang Duterte memiliki karakter YANG MERAKYAT. Karena itu, wajar kiranya kalau masyarakat Indonesia mengharapkan dan menggadang-gadang sosok pemimpin yang mampu menganalogikan dirinya dengan rakyat. Keinginan masyarakat sangat sederhana, yaitu agar Pilkada hari Rabu 9 Desember 2020 Insya Allah akan memunculkan pemimpin yang tepat dan tak lagi menyengsarakan rakyat.
Salam Hormat Dr J4Y4 (Akademisi & Sekretaris Depidar Soksi XXX Kepri)
(Sumber : Di bawah Bendera Revolusi, Sukarno)